Jalan Ijen Boulevard merupakan salah satu ikon bersejarah di Kota Malang yang dibangun pada masa kolonial Belanda. Kawasan ini mulai direncanakan sejak tahun 1917 hingga 1929 sebagai bagian dari pengembangan kota dengan konsep “Bouwplan.” Dirancang oleh arsitek Belanda terkenal Ir. Herman Thomas Karsten, jalan ini dibuat bergaya boulevard—jalan kembar dengan taman di tengah dan deretan pohon palem yang rapi di kedua sisinya, mencerminkan estetika kota kolonial yang mewah dan tertata.

    Pembangunannya dimulai pada tahun 1935 dan dilakukan secara bertahap hingga tahun 1960. Awalnya, kawasan ini ditujukan sebagai pemukiman elit bagi warga Eropa, terutama pejabat dan pengusaha Belanda. Di sekeliling Jalan Ijen, dibangun berbagai fasilitas eksklusif seperti stadion, lapangan tenis, dan kolam renang. Uniknya, nama-nama jalan di kawasan ini diambil dari nama gunung-gunung di Jawa, sehingga dikenal juga dengan sebutan “Bergenbuurt” atau kawasan pegunungan.

    Kini, Jalan Ijen masih menjadi kawasan elit yang penuh nilai sejarah dan telah ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya sejak 2015. Tidak hanya menjadi jalur transportasi penting, Jalan Ijen juga menjadi destinasi wisata sejarah dengan bangunan-bangunan bergaya kolonial yang masih terjaga. Setiap hari Minggu, kawasan ini ditutup untuk kendaraan bermotor dalam rangka Car Free Day (CFD), menjadikannya tempat favorit warga untuk berolahraga, berjalan santai, hingga menikmati jajanan lokal. CFD ini juga menjadi sarana rekreasi sehat dan edukatif, sekaligus ajang pelestarian kawasan bersejarah di jantung Kota Malang.